Rabu, 19 Desember 2012

" ARHAM NUR HIDAYAT "

BERBAGI ILMU DAN REZEKI

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Salah satu lembaga pendidikan islam yang bercorak modern adalah lembaga islam Muhammadiyah. Lembaga ini didirikan oleh Ahmad Dahlan dengan tujuan mencerdaskan umat islam melalui pendidikan. Sejak dari awal pendirian, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan sebagai salah satu media untuk mencapai tujuan organisasi ini yakni untuk menyerukan pentingnya kembali pada Al Qur’an dan Sunnah sebagai usaha mengatasi perbuatan menyimpang dalam kehidupan beragama umat islam di Indonesia yang melakukan praktik takhayul, bid’ah, dan kurafat dengan tidak mendasarkan dirinya pada madzhab atau pemikiran tertentu. Lewat pendidikan, Muhammadiyah mampu mencerdaskan umat islam dan bangsa Indonesia.
Dari semua tujuan berdirinya Muhammadiyah tentu ada beberapa permasalahan yang bermunculan. baik dari dalam tubuh Muhammadiyah itu sendiri maupun dari faktor luar Muhammadiyah, yang mana permasalahan tersebut juga dapat mempengaruhi perkembangan Muhammadiyah sebagai suatu organisasi dan juga badan usaha. Berdasarkan beberapa permasalahan yang bergejolak di Muhammadiyah tersebut, adalah suatu bahasan yang menarik untuk dibahas secara mendalam.
B.     RUMUSAN MASALAH
1)      Menguraikan sejarah pasang surut kejayaan islam ?
2)      Menjelaskan Muhammadiyah sebelum menjadi organisasi ?
3)      Menjelaskan faktor-faktor pendorong berdirinya Muhammadiyah ?
4)      Menguraikan Muhammadiyah sebagai gerakan modern islam ?
5)      Menjelaskan perkembangan islam mutakhir di indonesia ?

C.     TUJUAN PEMBAHASAN
1)      Memahami sejarah pasang surut kejayaan islam.
2)      Memahami Muhammadiyah sebelum menjadi organisasi.
3)      Mengetahui faktor-faktor pendorong berdirinya Muhammadiyah.
4)      Memahami Muhammadiyah sebagai gerakan modern islam.
5)      Mengetahui perkembangan islam mutakhir di indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.       PASANG SURUT KEJAYAAN ISLAM

   I.            Kemunduran Dunia Islam
a)      Krisis dalam Bidang Sosial Politik
Awalnya adalah rapuhnya penghayatan ajaran Islam, terutama yang terjadi dikalangan para penguasa. Bagi mereka ajaran Islam hanya sekedar diamalkan dari segi formalitasnya belaka, bukan lagi dihayati dan diamalkan sampai kepada hakekat dan ruhnya. Pada masa itu ajaran Islam dapat diibaratkan bagaikan pakaian, dimana kalau dikehendaki baru dikenakan, akan tetapi kalau tidak diperlukan ia bisa digantungkan. Akibatnya para pengendali pemerintahan memarjinalisasikan agama dalam kehidupannya, yang mengakibatkan munculnya penyakit rohani yang sangat menjijikkan seperti keserakahan dan tamak terhadap kekuasaan dan kehidupan duniawi, dengki dan iri terhadap kehidupan orang lain yang kebetulan sedang sukses. Akibat yang lebih jauh lagi adalah muncullah nafsu untuk berebut kekuasaan tanpa disertai etika sama sekali. Kepada bawahan diperas dan diinjak, sementara terhadap atasan berlaku menjilat dan memuji berlebihan menjadi hiasan mereka.
”Syareat Islam adalah demokratis pada pokoknya, dan pada prinsipnya musuh bagi absolutisme” (Stoddard, 1966: 119) Kata Vambrey, ” Bukanlah Islam dan ajarannya yang merusak bagian Barat Asia dan membawanya kepada keadaan yang menyedihkan sekarang, akan tetapi ke-tanganbesi-an amir-amir kaum muslimin yang memegang kendali pemerintahan yang telah menyeleweng dari jalan yang benar. Mereka menggunakan pentakwilan ayat-ayat al-Quran sesuai dengan maksud-maksud despotis mereka”.
b)      Krisis dalam Bidang Keagamaan
Krisis ini berpangkal dari suatu pendirian sementara ulama jumud (konservatif) yang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Untuk menghadapi berbagai permasalahan kehidupan umat Islam cukup mengikuti pendapat dari para imam mazhab. Dengan adanya pendirian tersebut mengakibatkan lahirnya sikap memutlakkan semua pendapat imam-imam mujtahid, padahal pada hakekatnya imam-imam tersebut masih tetap manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan. Kondisi dunia Islam yang dipenuhi oleh ulama-ulama yang berkualitas dibuatnya redup dan pudarnya nur Islam yang di abad-abad sebelumnya merupakan kekuatan yang mampu menyinari akal pikiran umat manusia dengan terang benderang.
c)      Krisis bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Krisis ini sesungguhnya hanya sekedar akibat dari adanya krisis dalam bidang sosial politik dan bidang keagamaan. Perang salib yang membawa kaum Nasrani Spanyol dan serangan tentara mongol sama-sama berperangai barbar dan sama sekali belum dapat menghargai betapa tingginya nilai ilmu pengetahuan. Pusat-pusat ilmu pengetahuan baik yang berupa perpustakaan maupun lembaga-lembaga pendidikan diporak-porandakan dan dibakar sampai punah tak berbekas. Akibatnya adalah dunia pendidikan tidak mendapatkan ruang gerak yang memadai. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang ada sama sekali tidak memberikan ruang gerak kepada para mahasiswanya untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu. Kebebasan mimbar dan kebebasan akademik yang menjadi ruh atau jantungnya pengembangan ilmu pengetahuan Islam satu persatu surut dan sirna. Cordova dan Baghdad yang semula menjadi lambang pusat peradaban dan ilmu pengetahuan beralih ke kota-kota besar Eropa.
II.            Kebangkitan dunia Baru Islam
Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M)
Setelah khilafah Bani Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik umat Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, disamping yang pertama kali berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Kerajaan Usmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Mereka masuk islam sekitar abad keislaman atau kesepuluh. Kerajaan Usmani dimulai pada tahun 1290 M di bawah kepemimpinan raja Usmani.
Kerajaan Usmani mencapai puncak kejayaannya pada masa Muhammad II atau biasa disebut Muhammad Al-Fatih, pada masanya, Sultan Al-Fatih dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel tahun 1453 M. Luas kerajaan Turki Usmani pada saat itu meliputi Asia kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa. Para penguasa Usmani menggunakan gelar “khalifah” sejak Sultan Murad menaklukkan Asia Kecil dan Eropa. Dan ketika kerajaan Usmani menaklukkan dinasti Mamalik (Mesir) , tempat bertahtanya para khalifah Abbasiyah, kerajaan Usmani meminta gelar khilafah itu.
Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang bernama Syafawiah yang bermadzhab Syi’ah. Kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Usmani. Peperangan dengan Turki Usmani, selain didasari oleh motif perluasan wilayah, juga dikarenakan perbedaan madzhab yang sangat kental. Kerajaan Turki Usmani sangat membenci golongan Syi’ah. Peperangan dengan Turki Usmani terjadi pada tahun 1514 M dengan kemenangan diperoleh Turki Usmani. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya.
Rasa bermusuhan dengan kerajaan Usmani berlangsung lama. Peperangan demi peperangan berlangsung antara dua kerajaan, sampai diadakan perjanjian damai yang dipelopori oleh kerajaan Safawi. Untuk mewujudkan perjanjian ini, kerajaan Safawi harus menyerahkan beberapa wilayahnya. Disamping itu, raja Safawi berjanji tidak akan menghina tiga khilafah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat-syarat itu, raja Syafawi menyerahkan saudara sepupunya sebagai sandera di Istambul.
kerajaan Mughal berdiri di daerah India, seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi di antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan ini menaklukkan banyak kerajaan kecil di daerah India dan menjadikan Delhi sebagai ibu kotanya. Salah satu peninggalan yang berharga dari kerajaan ini adalah Masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di Lahore, Istana Fatpur Sikri di Sikri, villa dan masjid-masjid indah. Peninggalan tesebut masih dapat dinikmati hingga sekarang.
B.     MUHAMMADIYAH SEBELUM MENJADI ORGANISASI
Salah satu lembaga pendidikan islam yang bercorak modern adalah lembaga islam Muhammadiyah. Lembaga ini didirikan oleh Ahmad Dahlan dengan tujuan mencerdaskan umat islam melalui pendidikan. Karena Ahmad Dahlan termasuk anggota organisasi Budi Utomo maka sebelum mendirikan lembaga pendidikan islam Muhammadiyah, beliau meminta restu kepada Budi Utomo. Setelah itu, beliau membuka sekolah agama di rumahnya dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiah. Awal lembaga pendidikan islam ini berdiri hanya memiliki delapan orang murid. Karena penyampaian materi dari Ahmad Dahlan yang menarik, setiap bulan muridnya bertambah tiga orang. Melihat kemajuan pendidikan lembaga tersebut maka Budi Utomo memberikan bantuan berupa pengajar dan mulai saat itu ridak hanya ilmu agama tetapi ilmu pengetahuan pun diajarkan. Lembaga ini diresmikan tanggal 1 Desember 1911. 
Melihat perkembangan lembaga pendidikan islam Muhammadiyah yang sangat baik, banyak yang menyarankan agar Ahmad Dahlan mendirikan suatu organisasi yang kelak akan menjadi penerus setelah Ahmad Dahlan tiada. Setelah direnungkan dan mendapatkan orang-orang yang siap membantu, maka pada tanggal 18 Dzulhijah 1331 H atau 18 Desember 1912 M didirikanlah oraganisasi yang bernama Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan.
Dalam usaha mendapatkan pengakuan kepala pemerintah sebagai badan hukum, pada tanggal 20 Desember 1912, Muhammadiyah dibantu oleh Budi Utomo mengajukan surat permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda agar Muhammadiyah diberi izin resmi dan diakui sebagai suatu badan hukum. Untuk itu Gubernur Jenderal mengirimkan surat permintaan pertimbangan kepada Direktur Van Justitie, Adviseur Voor Inlandsche Zaken, Residen Yogyakarta dan Sri Sultan Hamengku Buwono VI. Setelah melalui proses yang cukup lama, akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengakui Muhammadiyah sebagai badan hukum yang tertua dalam Gouvernement Besluit tanggal 22 Agustus 1914, Nomor 81, beserta lampiran statutennya dan berlaku mulai 22/23 Januari 1915.
C.     FAKTOR-FAKTOR PENDORONG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
1)             Faktor Subyektif
Faktor subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap Al-Quran dalam menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji kandungan isinya.   Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah SWT sebagaimana yang tersimpul dalam surat An. Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24, yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat.
Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan ketika menatap surat Ali Imran ayat 104 yang artinya ”Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Memahami seruan diatas, KH. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi, yang tugasnya berkhidmad pada melaksanakan misi dakwah Amar Makruf Nahi Mungkar ditengah masyarakat kita.

2)            Faktor Internal
Faktor internal yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah:
§  Rusak dan hinanya umat islam dalam bidang sosial, baik dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan serta keagamaannya.
§  Tidak tegak nya hidup dan kehidupan agama islam dalam diri orang dan masyarakat.
§  Tidak bersihnya islam akibat bercampurnya dengan berbagai macam faham sehingga timbulnya bid ah, syirik.
§  Kurang adanya persaudaraan dan persatuan umat islam dalam membela kepentingan islam.
§  Belum selesai dan sempurnya perjuangan para wali dalam pengembangan agama islam di indonesia.
3)            Faktor External
Beberapa Faktor External yang juga mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah:

§  Adanya pengaruh gerakan reformasi dan purifikasi yang di pelopori oleh Jamaluddin Al Afghani Muhammad Abduh, serta Muh. Abd. Wahab.
§  Kegiatan-kegiatan kristening politik, yaitu usaha-usaha misi dan zending yang bermaksud mengkristenkan umat islam Indonesia.
§  Adanya penjajahan kolonialis, yang membelenggu umat Islam Indonesia dan penestrasi kebudayaan barat, sehingga menimbulkan sikap acuh tak acuh bahkan mencemohkan Islam dari kalangan pelajar Indonesia,dan akibat-akiabat negatif lainnya.
D.     MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN MODERN ISLAM
  I.            Visi Dan Misi Muhammadiyah
Pendidikan menempati posisi strategis dalam rangka mencerdaskan umat islam bangsa Indonesia. Untuk itu, agar maksud dan tujuan tersebut tercapai maka harus memiliki visi dan misi.
Visi pendidikan Muhammadiyah adalah pengembangan intelektual peserta didik pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang dikelola oleh organisasi Muhammadiyah. Sedangkan misi pendidikan Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam melalui dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar di semua aspek kehidupan.
II.            Aktualisasi Gerakan Muhammadiyah
Tujuan Muhammadiyah
Setiap tujuan pendidikan Muhammadiyah selalu berhubungan dengan pandangan hidup yang dianut Muhammadiyah. Tujuan umum pendidikan Muhammadiyah secara resmi baru dirumuskan pada tahun 1936 saat kongres Muhammadiyah di Betawi. Dalam kongres tersebut tujuan Muhammadiyah dirumuskan sebagai berikut:
v  mengiringi anak-anak Indonesia menjadi orang islam yang berkobar-kobar semangatnya.
v  badannya sehat, tegap bekerja.
v  hidup tangannya mencari rezeki sendiri, sehingga kesemuanya itu memberi faedah yang besar dan
v  berharga hingga bagi badannya dan juga masyarakat hidup bersama.
Sebenarnya tujuan pendidikan Muhammadiyah sudah ada bersama dengan lahirnya pergerakan Muhammadiyah. Amir Hamzah mengungkapkan bahwa pendidikan Muhammadiyah menurut Ahmad Dahlan antara lain:
§  baik budi, alim dalam agama.
§  luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia.
§  bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Dalam konferensi di Pekajangan, Pekalongan tanggal 21-25 Juli 1955 rumusan tersebut diubah menjadi: “ membentuk manusia muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat”. tujuan umum pendidikan Muhammadiyah tersebut dijabarkan ke dalam tujuan institusional sesuai dengan jenis dan tingkat sekolah tertentu.
Kemudian tujuan pendidikan Muhammadiyah dioperasionalkan oleh Majelis Dikdasmen Muhammadiyah dengan menuangkannya dalam lima kualitas out-put Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah, yakni:
1.Kualitas keislaman
Sebagai institusi pendidikan diharapkan menjadi lembaga yang mencetak kader, sekolah/ madrasah/ pesantren Muhammadiyah haruslah menegaskan diri dalam menghasilkan peserta didik yang mengejawantahkan nilai-nilai islam.
2.Kualitas keIndonesiaan
Rasa kebangsaan tumbuh jika setiap warga negara mematuhi hukum dan mengedepankan pelaksanaan kewajiban sebelum menuntut hak.
3.Kualitas keilmuan
Kualitas keilmuan adalah tingkat kemampuan peserta didik menyerap pengetahuan yang  diajarkan.
4.Kualitas kebahasaan
Kualitas kebahasaan adalah memiliki keterampilan dasar berbahasa asing khususnya bahasa Arab dan bahasa Inggris.
5.Kualitas keterampilan
kualitas keterampilan merupakan kemampuan dalam mengoperasikan teknologi, khususnya teknologi informasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah telah mengakomodasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didik. Di dalam pedoman Guru Muhammadiyah disebutkan bahwa tujuan pendidikan pada setiap tingkat pendidikan harus mencaku
§  bidang pengetahuan
§  bidang nilai dan sikap
§  bidang keterampilan
Semuanya terangkum dalam kualitas out-put Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah.
E.     PERKEMBANGAN ISLAM MUTAKHIR DI INDONESIA

I.            Dinamika Politik Islam Di Indonesia
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam ternyata mengalami jalan buntu dalam mewujudkan syari’at Islam, baik rezim soekarno maupun soeharto menganggap bahwa partai politik yang berhaluan Islam dianggap pesaing potensial dalam upaya merobohkan landasan Negara yang berhaluan Nasionalis. Upaya-upaya para pemimpin dan aktivis Islam dalam mendirikan Islam sebagai landasan Idiologi Negara Tahun 1945 (menjelang kemerdekaan) dan pada akhir 1950-an (dalam perdebatan konstituante mengenai masa depan konstitusi Indonesia) mengalami kegagalan karena rezim yang berkuasa senantiasa melemahkan parti-partai Islam. Atau pendek kata, para pengamat mengatakan bahwa Islam politik telah berhasil dikalahkan – baik secara konstitusional, fisik, birokratis, lewat pemilihan umum maupun secara simbolik, akibatnya timbul saling curiga diantara keduanya.

Politik Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah Islam yang multiinterpretatif. Pada sisi lain, hampir setiap muslim percaya akan pentingnya prinsip-prinsip Islam yang multiinterpretatif itu, tidak pernah ada pandangan tunggal mengenai bagaimana seharusnya Islam dan politik dikaitkan secara pas. Bahkan, sejauh yang dapat ditangkap dari perjalanan diskursus intlektual dan historis pemikiran dan praktik politik Islam, ada banyak pendapat yang berbeda beberapa dan bahkan saling bertentangan mengenai hubungan yang pas antara Islam dan Politik.
Secara garis besar, dewasa ini ada dua spektrum pemikiran politik Islam berbeda. Sementara sama-sama mengakui pentingnya prinsip-prinsip Islam dalam setiap aspek kehidupan, keduanya punya penafsiran yang jauh berbeda atas ajaran ajaran Islam dan kesesuaiannya dengan kehidupan modern demikianlah, bagi sebagian, ajaran-ajaran itu harus lebih ditafsirkan kembali melampaui hanya makna tekstualnya dan aplikasinya dalam kehidupan nyata.
Pada ujung satu spektrum, beberapa kalangan Muslim beranggapan bahwa Islam harus menjadi dasar negara; bahwa syari’ah harus diterima sebagai konstitusi negara; bahwa kedaulatan politik ada di tangan Tuhan; bahwa gagasan tentang negara-bangsa (nation-state) bertentangan dengan konsep ummah (komunitas Islam) yang tidak mengenal batas-batas politik atau kedaerahan; dan bahwa, sementara mengakui prinsip syura (musyawara), aplikasi prinsip itu berbeda dengan gagasan demokrasi yang dikenal dalam diskursus politik modern dewasa ini. Dengan kata lain, dalam konteks pandangan semacam ini, sistem politik modern dimana banyak negara Islam yang baru merdeka telah mendasarkan bangunan politiknya diletakan dalam posisi yang berlawanan dengan ajaran-ajaran Islam.

Pada ujung spektrum yang lain, beberapa kalangan Muslim lainnya berpendapat bahwa Islam ”tidak mengemukakan suatu pola baku tentang teori negara (atau sistem politik) yang harus dijalankan oleh ummah.”
Islam sebagai agama tidak menentukan suatu sistem pemerintahan tertentu bagi kaum Muslim, karena logika tentang ke cocokan agama ini untuk sepanjang masa dan tempat menuntut agar soal-soal yang selalu akan berubah -oleh kekutan evolusi harus diserahkan kepada akal manusia (untuk memikirkanya), dibentuk menurut kepentingan umum dan dalam kerangka prinsip-prinsip umum yang telah digariskan agama ini.
II.            Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia
Pondok pesantren sebagai cikal bakal pendidikan Islam yang merupakan salah satu pilar pendidikan Islam di masa awal telah mulai mengambil bentuk sebagai salah satu model pendidikan Islam pada masa itu. Walaupun dengan sistem pembelajaran yang sangat sederhana, namun pola pendidikan “ala pesantren dan kitab kuningnya“ ini cukup signifikan bagi pembentukan akhlak dan perilaku santrinya sebagai modal pembangunan. Namun, model pendidikan Islam ini memiliki kekurangan karena kurikulum yang tidak tertata rapih dan berorientasi visioner. Pola pesantren kemudian mereformasi ke arah Madrasah. Seiring dengan kebangkitan Madrasah di Timur Tengah. Madrasah dengan materi dan kurikulum yang lebih tersistematis menjadi salah satu bentuk pendidikan Islam. Madrasah kemudian menjadi penengah antara pendidikan “ala pesantren” dengan pendidikan agama di sekolah umum. Dengan kurikulum yang sarat dengan muatan ajaran agamanya, seperti fiqh, tafsir, hadits, tauhid dan kalam, Ia pun memiliki kurikulum umum seperti berhitung, ilmu bumi, sejarah dan pengetahuan umum lainnya.
Perkembangan selanjutnya, Islam dan politik kekuasaan telah mewarnai perkembangan sistem pendidikan Indonesia. Yakni dengan lahirnya Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah  yang kemudian menjadi kelompok mainstream, baik pemahaman keagmaan maupun organisasi mulai melirik dunia pendidikan sebagai salah satu media dakwah dan penyebaran pemahaman keagamaannya. NU menjadikan pesantren sebagai basis pendidikan, dengan kurikulum yang lebih modern dari bentuk pesantren di awal masa sejarah Islam di nusantara. Dan Muhammadiyah yang mulai mengembangkan model pendidikan formal dengan kurikulum dan materi ajar yang lebih bervariasi.
Ternyata model pendidikan Islam seperti ini pun memiliki hambatan, di akhir abad 20, lahirnya sistem pendidikan Islam dengan model sekolah Islam unggulan, yang diprakarsai oleh Yayasan Pendidikan Islam al Azhar. Di satu sisi, pendidikan Islam di sekolah unggulan ini mengutamakan penguasaan sains dan keterampilan teknologi pada siswa dengan pengadaaan infrastruktur pendidikan yang memadai. Dan di sisi lain, model sekolah unggulan ini mengadopsi pula format pesantren yang bertujuan membentuk pribadi siswa yang berakhlak mulia. Tetapi sangat disayangkan bersama, penikmat dari model sekolah unggulan ini masih terpusatkan pada golongan menengah ke atas sehingga belum dapat memberikan multifier efek bagi percepatan pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Di samping itu, kebijkan negara tak luput menentukan arah pendidikan Islam sebagai sub sistem pendidikan Nasional. Penetapan kebijakan negara di bidang pendidikan mempengaruhi pendidikan Islam. Hal ini terkait dengan posisi kelompok Islam dan kelompok nasionalis sekuler  yang memiliki setting an pemikiran yang tidak sama dalam memandang fungsi Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai konsesi bagi kelompok Islam, dibentuklah Departemen Agama, di mana pendidikan Islam berada dibawah naungan departemen ini. Persentuhan tokoh pendidikan baik NU, maupun Muhammadiyah di segala sektor khususnya di konstalasi perpolitikan nasional secara gradual mulai merubah paradigma mereka tentang model pendidikan Islam.
Terjadilah dinamika dialektis, yang selanjutnya mempengaruhi kebijakan negara di bidang pendidikan. Yakni, Pendidikan Islam dianggap sebagai slah satu cara untuk membentuk pandangan hidup muslim yang integratif dan akan mempengaruhi setiap pengambilan keputusan baik  politik, maupun kehidupan lainnya. Di saat yang bersamaan,  perubahan  sosial ekonomi masyarakat menuntut aktiftas yang seriring dangan perubahan zaman. Kebutuhan akan terciptanya keseimbangan kebutuhan ukhrawi (pendidikan Islam) dengan kebutuhan duniawi (pendidikan umum). Dinamika ini mengakselerasi terciptanya sistem pendidikan Islam yang integratif ke dalam payung sistem pendidikan nasional.
III.            Islam Dan Perkembangan Budaya Di Indonesia

v  Teori Islam di bawa oleh para Pedagang Gujarat (India)

Pendukungnya yaitu : Snouck Hourgonye ; W.F. Stutterheim ; Bernard H.M. Ulekke
Bukti :
§  Di temukan makam nisan Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297.
§  Muncul istilah jirat = paes = nisan = patok, yang berasal dari Gujarat.
§  Berdasarkan berita Marcopolo di sebutkan pada saat singgah di Samudra Pasai ia menemukan masyarakat sekitar sudah menganut agama Islam.
v  Islam di bawa oleh para Pedagang Persia (Iran)

Pendukungnya yaitu : Umar Amir Husein ; Husein Djayadiningrat
Bukti :
§  Adanya Upacara Tabut di Minangkabau
§  Penemuan makam Fatimah binti Maulana, di Leran, Gresik Jawa Timur.
§  “Leran” jika di Indonesia nama sebuah kampung/desa, namun di Persia/Iran adalah nama suku bangsa.
v  Islam di bawa oleh para Pedagang Arab/Mesir
Dikemukakan oleh Hamka
Bukti:
§  Terdapatnya kesamaan gelar H. Malik yang digunakan di Samudra Pasai.
§  Terdapatnya kesamaan mahzab yaitu mahzab Syafii di gunakan di Samudra Pasai.
Saluran Islamisasi
§  Perdagangan
§  Perkawinan
§  Pendidikan
§  Da’wah
§  Kesenian
§  Tasawuf, adalah Ajaran ketuhanan yang di campur dengan ilmu-ilmu magic dan hal-hal yang berbau mistis yang berfungsi untuk pengobatan, biasanya di sesuaikan dengan pola pikir yang berorientasi pada Hindu-Budha sehingga di sesuaikan dengan kondisi dan situasi lingkungan masyarakat sekitar.
v  Faktor Islam Cepat Berkembang

§  Syarat masuk Islam sangat mudah yaitu hanya membaca 2 kalimat Syahadat.
§  Islam menyebar ke Indonsia di sesuaikan tradisi pada saat itu.
§  Islam tidak mengenal kasta/strata sosial.
§  Penyebaran Islam dilakukan secara damai.
§  Tata upacara peribadatan Islam sangat sederhana.
§  Upacara dalam Islam pun sangat sederhana.
v  Perkembangan Budaya Islam Di Indonesia
   Akulturasi
Contoh wujud Akulturasi Budaya Islam + Indonesia
Bidang Bangunan
Contohnya Masjid
§  Cirinya: atap tumpang, pondasi agak tinggi,adanya parit/kolam, adanya serambi, bedug, kaligrafi, menara, gerbang
Contohnya Makam
§  Cirinya: cungkum (rumah makam), di tempat tinggi, nisan, hiasan kaligrafi.
Contonya Seni Sastra
§  Hikayat
Cerita/dongeng karya sastra melayu berbentuk prosa yang memuat peristiwa luar biasa yang tidak masuk akal sering bertitik tolak dari peristiwa sejarah.
Contoh: Amir Hamzah, Hikayat si Miskin.
§  Babad
Cerita Sejarah yang lebih bersifat dongeng merupakaan rekaan pujangga keraton yang dianggap sebagai peristiwa sejarah.
Contoh: Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon.
§  Suluk
Kitab yang mencerminkan masalah tasawuf yaitu jalan kearah kesempurnaan batin.
Contoh: Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Malang Sumbing.
§  Primbon
Ramalan-ramalan jawa.
IV.            Gerakan-gerakan Islam Kontemporer Di Indonesia
Gerakan Islam di Indonesia tidak dapat dipungkiri merupakan salah satu penggerak dari berbagai gerakan pewujud kemerdekaan Indonesia. Sebut saja Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan Islam (Persis), Syarikat Islam dan sebagainya, yang telah lebih dulu eksis sejak awal abad 20. Dewasa ini, dalam dua dasawarsa terakhir, muncul gerakan-gerakan Islam, yang memberikan banyak perubahan dalam gerakan Islam di Indonesia.
Ada gerakan aktivis yang merujuk konsep Ikhwanul Muslimin (IM) yang biasa diidentifikasi sebagai jamaah Tarbiyah. Ada juga yang berbendera Salafi, Jama’ah tabligh (JT), Hizbu Tahrir (HT) dan lain-lain. Gerakan-gerakan ini memang terinspirasi oleh gerakan serupa di luar negeri. Sementara gerakan lain ada pula yang bersifat lokal. Mereka mengangkat label NII yang berhulu dari gerakan DI/TII, Islam Jamaah (IJ),Hidayatullah dan sebagainya.
Diakui atau tidak, ragam pergerakan ini memang menawarkan solusi dan metode yang berbeda dalam menegakkan Islam. Ada yang lebih mengambil aspek politis, ada yang cenderung melihat pada aspek  spiritual, ada yang lebih memandang aspek pendidikan dan sebagainya.  Tapi biasanya, sifat fleksibel gerakan Islam yang bisa mengakomodasi  berbagai aspek itu yang lebih diterima di masyarakat.
V.            Keragaman Keberagamaan Dan Model Yang Di Harapkan Di Indones
v  Multikulturalisme / Keragaman dan Kesederajatan
Multikulturalisme adalah sebuah filosofi terkadang ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah multikultural juga sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan pada kesederajatan perbedaan kebudayaan.
Indonesia merupakan salah satu contoh negara multikulturalisme. Indonesia memliki etnis, suku, agama, budaya, kebiasaan. Kekayaan warna di Indonesia ini merupakan sebuah potensi yang sangat besar. Dari mulai kebudayaan, kesenian, sampai keberagaman lingkungan alam. Semuanya jika diolah dengan baik dan sempurna dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat-lipat bagi negara. Contohnya dalam hal pariwisata, dengan keragaman ini dapat membuat objek wisata yang tak akan bosan untuk dikunjungi.
Setiap komunitas budaya pasti memiliki nilai positif dan negatif. Nilai positif dan negatif ini jika digabungkan dengan baik, justru akan menghasilkan kekuatan yang berlipat-lipat. Layaknya kisah kanak-kanak kolaborasi Si Buta dan Si Lumpuh. Nilai negatif budaya A, dapat ditutupi oleh nilai positif budaya B, selanjutnya nilai budaya negatif B dapat ditutupi oleh nilai positif budaya C.
Namun bagaimana jadinya jika tidak dikelola dengan sempurna. Maka kekuatan itu justru akan menjadikan rusaknya negara secara pelan-pelan dan tidak terasa. Bagaikan kayu yang digigiti rayap. Ketika nilai-nilai negatif budaya yang ditonjolkan, dan dihujat maka bersiap-siaplah bom waktu akan meledak di negara ini. Kesederajatan inilah kuncinya. Sikap toleransi disertai dengan penyelesaian masalah dengan duduk bersama, bukan saling tuding dan hujat adalah solusinya. Bersikap dewasa dan memberikan “applause” atas keunggulan budaya lain, dan berusaha menutup nilai negatif budaya lain tersebut adalah harga mutlak yang harus dijalankan di setiap tingkatan manusia di Indonesia.
Pendidikan multikultural sangat penting diterapkan guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset  (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. "Dengan pengembangan model pendidikan berbasis multikultural diharapkan mampu menjadi salah satu metode efektif meredam konflik. Selain itu, pendidikan multikultural bisa menanamkan sekaligus mengubah pemikiran peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis, agama, ras, dan antargolongan," kata pengamat pendidikan Prof. Dr. Har Tilaar.
Dalam konteks membangun masyarakat multikultural, selain berperan meningkatkan mutu bangsa agar dapat duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain, pendidikan juga berperan memberi perekat antara berbagai perbedaan di antara komunitas kultural atau kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang budaya berbeda-beda agar lebih meningkat komitmennya dalam berbangsa dan bernegara.













BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
v  PASANG SURUT KEJAYAAN ISLAM

          I.            Kemunduran Dunia Islam
§  Krisis dalam Bidang Sosial Politik
§  Krisis bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
§  Krisis dalam Bidang Keagamaan
       II.            Aktualisasi Gerakan Muhammadiyah
v  Tujuan Muhammadiyah
Setiap tujuan pendidikan Muhammadiyah selalu berhubungan dengan pandangan hidup yang dianut Muhammadiyah. Tujuan umum pendidikan Muhammadiyah secara resmi baru dirumuskan pada tahun 1936 saat kongres Muhammadiyah di Betawi. Dalam kongres tersebut tujuan Muhammadiyah dirumuskan sebagai berikut:
§  mengiringi anak-anak Indonesia menjadi orang islam yang berkobar-kobar semangatnya.
§  badannya sehat, tegap bekerja.
§  hidup tangannya mencari rezeki sendiri, sehingga kesemuanya itu memberi faedah yang besar.
v  Faktor0faktor pendorong berdirinya Muhammadiyah
§  Faktor Subyektif
§  Faktor Internal
§  Faktor External

B. SARAN
§  Semoga hasil dari makalah kami dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan kita tentang “perkembangan Muhammadiyah” .
§  Dan rasa terimah kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing aik v yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan makalah kami.
§  Mohon maaf jika ada makalah kami jauh dari kesempurnaan, saran dan krtik akan kami jadikan referensi untuk menyempurnakan makalah kami.




DAFTAR PUSTAKA

Latif, Yudi. Inteligensia Muslim dan Kuasa; Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20, Mizan, Bandung. 2005
M. Natsir, Kebudayaan Islam dalam perspektif sejarah. PT.Girimukti Pasaka. Jakarta: 1988
Ningsih, Muhammad Natsir; Mujahid dan Politikus Piawai. Diposting pada tanggal 25 Mei 2010. sumber :
http://www.pks-jaksel.or.id/Article133.phtml
M. Natsir, Agama dan Negara dalam Perspektif Islam. Media Da’wah. Jakarta. 2001


 

1 komentar:

  1. Merit Casino no deposit bonus | Casino Bonuses & Games 2021
    In the online gaming industry, this is considered one of deccasino the very important benefits. At the moment, the majority of online casinos provide bonuses and games.

    BalasHapus